Iklan Hari Ini

Minggu, 27 Desember 2009

Terimalah Dunia Ini Apa Adanya

Kehidupan mengalir dalam iramanya sendiri. Ia sama sekali tidak mengacuhkan apa yang kita harapkan. Kehidupan ini penuh dengan kejutan. Banyak kejadian yang tidak kita harapkan justru terjadi. Malah ini membuat orang takut mengharapkan sesuatu. Jangan-jangan yang mereka takutkan justru itu yang terjadi. Kisah sepasang suami-istri yang menolak kehadiran (teman) puteranya yang cacat fisik itu menjadi bukti nyata kepicikan manusia yang hanya mau enaknya sendiri. Beranikah Anda menerima tamparan kehidupan yang keras di wajah Anda?

Ada sepasang suami-istri yang saling mencintai yang hanya mempunyai seorang anak. Mereka mencintai anaknya dengan sepenuh hatinya. Tetapi suatu hari anaknya harus berpisah dengan mereka karena dia masuk ke dinas ketentaraan dan dikirim ke suatu tempat untuk mengemban sebuah misi. Dia tidak pernah kembali dan diberitakan dia telah meninggal walaupun tubuhnya tidak pernah ditemukan. Pasangan yang sudah tua itu menolak kenyataan kalau anaknya telah meninggal. Mereka tetap berharap anaknya masih hidup. Tahun demi tahun pun berlalu. Suatu hari, mereka menerima berita bahwa dia dirawat di rumah sakit. Pasangan itu sangat gembira dan meminta anaknya pulang secepat mungkin. Dia mengatakan kepada orangtuanya bahwa ketika dia berada di rumah sakit, dia bertemu seorang teman yang mampu membesarkan hati dan memberinya harapan hidup. Dia ingin mengajak temannya itu bertemu dengan orangtuanya. Awalnya, orangtuanya menerima permintaannya dengan antusias. Kemudian dia mengatakan kepada mereka bahwa temannya itu tidak normal seperti lainnya. Kenyataannya temannya itu cacat karena pernah menginjak ranjau di medan perang. Temannya itu kehilangan satu kaki dan satu tangan. Setelah mendengar nasib temannya itu, orangtuanya tidak tertarik lagi pada temannya yang cacat itu dan mendesak anaknya pulang sendirian. Anak itu terus memaksa agar dia diperkenankan membawa temannya, tetapi orangtuanya tetap tak menghiraukannya. Akhirnya dia tidak memenuhi permintaan orangtuanya. Hari berganti hari, tetapi anaknya tidak kunjung pulang. Akhirnya mereka menerima berita tragis bahwa anaknya itu telah meninggal dunia. Dia mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Pasangan itu pun menghadiri pemakaman anaknya yang telah diatur secara kemiliteran. Ketika mereka mendekati peti jenazah anaknya, mereka melihat tubuh anaknya berbaring di sana. Mulut mereka terkunci karena mereka menyadari bahwa anaknya itu ternyata hanya mempunyai satu tangan dan satu kaki.

INILAH PRINSIP-PRINSIP KESUKSESAN ITU

“Teman yang cacat” itu merujuk pada anak pasangan itu sendiri. Dia mengakhiri hidupnya sendiri setelah menyadari bahwa orangtuanya mengharapkannya mempunyai tubuh yang lengkap seperti sebelumnya. Ini sangat menyedihkan hatinya karena orangtuanya tidak mengerti dan tidak mau menerima keadaan dirinya yang sebenarnya. Inilah perbedaan antara “mendengar” dan “menyimak”. Orangtuanya mendengarkan perkataannya, tapi mereka tidak menyimaknya. Anda mendengarkan dengan telinga Anda, tetapi tidak mendengarkan dengan hati Anda. Untuk mendengarkan Anda harus konsentrasi dan menyimaknya dengan baik-baik apa yang dikatakan orang lain.

APA YANG HARUS SAYA LAKUKAN SEKARANG?

Setiap manusia pasti memiliki kelemahan. Ini sudah menjadi paket kehidupan itu sendiri. Saya akan menerima segala kelemahan yang saya miliki – baik fisik maupun mental. Justru dengan kelemahan itu saya mengetahui dari mana saya harus melakukan perubahan dan penyempurnaan. Kelemahan saya akan saya pandang sebagai titik pengungkit (leverage point) kemajuan saya. Yang lebih penting lagi adalah bahwa mulai sekarang saya akan membuka hati saya untuk menerima kelemahan-kelemahan orang lain sebagaimana saya menerima kekalahan-kekalahan diri saya sendiri. Saya tahu ini harus saya lakukan karena ini menjadi bagian dari menjadi sukses itu sendiri. Saya layak memperoleh kesuksesan karena saya menerima semua kelemahan saya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar